Teknologi Sistem Perkeretaapian MRT Jakarta
Teknologi
Sebagai sebuah perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bergerak dalam pengadaan dan operasional transportasi publik massal berbasis rel, PT MRT Jakarta berkomitmen untuk memberikan jasa layanan terbaik bagi masyarakat sebagai calon pengguna, baik dari segi prasarana maupun sarana. PT MRT akan menyiapkan pelayanan berstandar internasional yang memberikan rasa aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sejumlah infrastruktur perkeretaapian yang baru untuk diterapkan di Indonesia.
Infrastruktur yang mencakup fisik dan non-fisik tersebut antara lain sistem persinyalan dan operasi, struktur dan jenis rel, platform screen doors, dan mesin bor terowongan (tunnel boring machine). Penggunaan teknologi tersebut diharapkan mampu mewujudkan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat.
CBTC: Untuk Keamanan, Kenyamanan, dan Keandalan MRT Jakarta
Sistem persinyalan adalah salah satu faktor penting dalam operasionalisasi kereta. Meskipun tidak terlihat oleh penumpang, sistem tersebut mempengaruhi tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna kereta. Oleh karena itu, PT MRT Jakarta akan menggunakan sistem persinyalan Communication-Based Train Control (CBTC) dalam pengoperasian 16 set keretanya.
Communication-Based Train Control (CBTC) atau Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi merupakan sistem persinyalan kereta dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data antarberbagai subsistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4. Sistem ini menggunakan moving block dengan aspek sinyal yang berada pada kabin masinis (cabin driver).
Pada kabin masinis, terdapat Driver Machine Interface (DMI) yang berfungsi untuk memunculkan indikasi terkait sinyal yang ditampilkan oleh sistem CBTC. Dengan menggunakan moving block dimungkinkan blok kereta yang fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan kereta dan parameternya sehingga operator dapat mengetahui lokasi kereta dengan lebih akurat dan mengatur jumlah kereta yang beroperasi. Hasilnya, headway atau jarak antarkereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman. Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan ruang antarsatu set kereta tanpa menimbulkan risiko tabrakan. Bagi pengguna, jarak singkat antarkereta, ketepatan jadwal kereta, dan kapasitas angkut yang besar adalah hal utama dalam menggunakan transportasi massal.
Sistem ini berbeda dengan sistem Fixed Block (konvensional) yang digunakan oleh kereta di Indonesia saat ini di mana track dibagi per section/block yang tidak memberikan informasi akurat tentang posisi atau lokasi kereta yang sedang bergerak. Dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta, jarak antarblok umumnya adalah satu kilometer, sehingga kapasitas lintas menjadi terbatas.
Sistem persinyalan CBTC dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu peralatan Automatic Train Supervisory (ATS)yang berada di Operation Control Center (OCC), peralatan Wayside di sepanjang jalur kereta, peralatan On-board yang berada di dalam kereta, dan jaringan data komunikasi yang menghubungkan antara peralatan Waysidedan On-board. CBTC menggunakan tiga fungsi filter (TDMA, FDMA, CDMA) untuk menjamin keandalan dan keamanan komunikasi CBTC dari komunikasi luar yang dapat mengganggu persinyalan kereta. Di sistem persinyalan MRT Jakarta, Wayside Signal hanya akan digunakan di area workshop di dalam Depo kereta berupa sinyal langsir. Pada Main Line, Wayside Radio Set (WRS) berada di sepanjang jalur kereta untuk menjaga agar komunikasi antara Operation Control Center (OCC) dan kereta selalu terhubung.
Peralatan CBTC yang ada di rel juga tahan air dan mudah untuk dipindahkan bila sedang dalam perawatan/maintenance atau dalam kondisi darurat. CBTC juga menyediakan informasi real time posisi kereta bagi penumpang. Sistem persinyalan ini juga akan menghemat biaya pemeliharaan karena perlengkapan sistem yang ada di sepanjang jalur tidak sebanyak fixed block. Berdasarkan komunikasi data nirkabel, CBTC cocok untuk sistem persinyalan kereta di area urban yang membutuhkan sistem angkutan massal yang cepat dan tepat waktu. Dilansir dari “UITP Report: Statistic Brief – World Report on Metro Automation” pada Juli 2016 lalu, 68 persen jalur kereta metro dioperasikan dengan sistem CBTC.
Penggunaan sistem persinyalan CBTC akan mendukung upaya perusahaan untuk memberikan pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan kepada masyarakat pengguna kereta MRT Jakarta.
Komentar
Posting Komentar